PROBLEMATIKA PJJ DALAM PERSPEKTIF PESANTREN SALAF

PENDAHULUAN
Beredarnya Surat Edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2020 yang menghimbau masyarakat untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar dari rumah bukan hanya berlaku untuk sekolah-sekolah umum saja, melainkan juga berimbas ke ranah pesantren. Pesantren secara umum melakukan seluruh aktivitasnya secara monoton dalam lingkupnya sendiri. Utamanya pesantren salaf yang seluruh kegiatannya terpusat pada belajar dan mengaji. Namun demi melaksanakan anjuran pemerintah tersebut, mau tidak mau beberapa pesantren salaf harus ikut menyelenggarakan pembelajaran jarak jauh.
Pesantren salaf yang pembelajarannya terfokus pada kitab-kitab mu'tabaroh dan metode klasikal menemukan masalah yang cukup kompleks dalam menghadapi pandemi covid-19. Dimana kegiatan yang biasanya diisi dengan face to face menjadi berkutat pada sistem dan jaringan. Kurangnya fasilitas belajar turut menghambat penyelenggaraan KBM, seperti kitab, buku pegangan, fasilitas diskusi,
dan tenaga teknisi.
PEMBAHASAN
Pesantren salaf merupakan salah satu lembaga pendidikan yang banyak diminati di Indonesia. Tempatnya yang damai dinilai mampu mendampingi
perkembangan anak dengan baik. Pembelajaran didalamnya pun dicap unik karena seringkali pesantren salaf masih mempertahankan metode-metode klasikal seperti sorogan, lalaran, dan bahtsul masaail. Nyaris semua kegiatan kepesantrenan dilakukan dengan cara lama. Hanya beberapa bagian saja yang memerlukan alat
komunikasi elektronik, seperti fasilitas wartel (warung telepon), warnet (warung internet), dan laboratorium komputer. Bahkan para santri juga tidak diperbolehkan membawa alat elektronik di pesantren karena dianggap tidak perlu dan fasilitas
pesantren sudah mencukupi. 
Namun agaknya kedamaian pesantren salaf mulai terusik sejak munculnya covid-19. Kekhawatiran akan munculnya klaster pesantren membuat pesantren terpaksa mengambil langkah menyelenggarakan pembelajaran jarak jauh (daring)
demi memenuhi hak-hak belajar para santri selama pandemi. Seiring munculnya himbauan dan SE Nomor 4 Tahun 2020 dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) untuk di rumah saja, pesantren pun mulai disterilkan. Ribuan santri dipulangkan mendadak dalam jangka waktu yang belum bisa ditentukan. Sekolah diliburkan namun schedule pendidikan tetap berjalan. Untuk mengatasinya, pesantren mengambil langkah cepat menciptakan metode baru dan berinovasi dalam pembelajarannya selama pandemi. Pesantren salaf yang dilengkapi fasilitas pendidikan formal tidak hanya mengikuti kurikulum Kemendikbud namun juga memiliki kurikulum khas pesantren. Jika keadaannya demikian, secara otomatis pesantren memiliki dua pekerjaan rumah yang besar dan kompleks. Pertama, pesantren salaf harus menyelenggarakan pembelajaran jarak jauh sesuai dengan arahan dan jadwal dari Kemendikbud yang sudah diatur secara nasional. Kedua, pesantren salaf harus bisa mempertahankan ciri khas kesalafannya namun juga tetap melaksanakan
pembelajaran daringnya. Pesantren salaf dituntut untuk tetap menjalankan kegiatannya seperti pengajian kitab, lalaran, setoran, muhafadzah, dan diskusipelajaran.
Dalam keadaan seperti ini, santri dituntut aktif dan tetap menjalankan kewajibannya belajar dan mengaji meskipun dari rumah masing-masing. Mayoritas pesantren memiliki peserta didik yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia sehingga pihak pesantren harus memberi jalan tengah terhadap segala problem yang dihadapi santri di daerahnya masing-masing. Mulai dari sulitnya akses sinyal, pemadaman listrik bergilir, dan kurangnya fasilitas seperti laptop dan buku pegangan.
Mengatasi permasalahan tersebut, pesantren salaf memulai pergerakannya dengan mengadakan seminar atau workshop untuk dewan asatidz dengan inovasi pembelajaran daring sebagai pembahasan utama. Kemudian, pihak pesantren mulai membuat tim kecil khusus yang bertugas sebagai teknisi atau server selama pembelajaran daring berlangsung. Berbagai fasilitas yang ada di pesantren mulai dioptimalkan agar pembelajaran daring bisa berjalan lancar. Setelah dewan asatidz siap kerja, pesantren mulai melangkah lagi untuk
mengatasi pekerjaan rumah yang pertama. Kurikulum pendidikan nasional dari Kemendikbud yang dianut sekolah formal milik pesantren salaf memiliki schedule yang sudah ditentukan. Secara tidak langsung, sekolah formal milik pesantren salaf
juga memiliki target-target yang harus terpenuhi, seperti jadwal ujian, ujian akhir, ujian praktik, dan sebagainya. Menengok banyaknya target, sekolah formal milik pesantren salaf harus cepat bergerak mengingat sekolah tidak hanya mengampu kurikulum pendidikan nasional namun juga kurikulum pesantren. Sekolah mulai menyediakan perpustakaan digital yang berisi buku-buku pegangan acuan pembelajaran sehari-hari. Sedangkan pengambilan nilai didapat dari berbagai
penugasan yang diberikan kepada santri melalui platform yang tersedia seperti elearning dan google classroom. Selain penugasan, penyampaian materi dan presentasi juga terlaksana lewat media google classmeet.
Setelah menyelesaikan pekerjaan rumah yang pertama, pesantren salaf mulai merangkak lagi untuk mengerjakan pekerjaan rumah yang kedua, yakni penyelenggaraan pembelajaran daring yang sesuai dengan kurikulum pesantren. Berbagai kegiatan khas kurikulum pesantren seperti pengajian diniyah yang terfokus pada kitab kuning menempatkan guru atau ustaz sebagi pusat pembelajaran. Sebagai penggantinya, asatidz menggunakan media WhatsApp grup atau telegram
ketika melaksanakan pengajian tersebut dengan cara mengirimkan voicenote atau rekaman saat para ustaz maknani atau menjelaskan materi kitab yang akan dikaji. Kemudian santri mendengarkan pesan suara tersebut sambil mencatat, memahami,
dan memberi makna pada kitabnya. Selain menggunakan metode tadi, asatidz terkadang menggunakan sarana live streaming YouTube atau Facebook atau bahkan Instagram ketika mengaji agar santri bisa lebih mudah mengakses pengajian.
Sedangkan untuk kegiatan yang menempatkan santri sebagai pusat pembelajaran seperti sorogan atau setoran hafalan, rata-rata asatidz melaksanakan kegiatan tersebut dengan media videocall atau google classmeet dan zoom. Mengenai kegiatan diskusi, santri menggunakan platform google classmeet dan zoom untuk
menunjang pembelajarannya.
Alasan utama pesantren memilih platform atau media-media tersebut agar dapat memudahkan santri dalam mengakses pembelajaran. Pengiriman tugas dan penilaian juga diberi tenggat yang cukup untuk meminimalisir keluhan santri yang telat mengakses platform karena sulitnya sinyal atau pemadaman listrik bergilir. Meskipun pesantren sudah melaksanakan pembelajaran daring dengan optimal dan memberi keringanan tenggat selama pembelajaran jarak jauh, ternyata hal ini tidak
bisa membangun semangat santri dalam belajar dan mengaji seperti semangat mereka ketika melaksanakan pembelajaran secara luring.
KESIMPULAN
Pembelajaran jarak jauh atau daring di pesantren khususnya pesantren salaf menghadapi beberapa masalah yang cukup kompleks. Hal itu terjadi karena tuntutan Pembelajaran daring bertolak belakang dengan kebiasaan pesantren, seperti penggunaan alat komunikasi elektronik secara langsung dalam jangka waktu yang lama. Meskipun begitu, pesantren salaf sudah bersiap diri dengan
menyediakan tenaga teknisi dan berbagai platform untuk menunjang pembelajaran daring. Selain itu, pesantren juga mengambil kebijakan memberi keringanan tenggat pengumpulan tugas dan penilaian agar semua santri dapat mengakses pembelajaran dengan mudah. Namun sayangnya, kebijakan pesantren yang sudah sedemikian rupa tidak mampu mengembalikan semangat belajar santri sama seperti ketika melaksanakan pembelajaran luring karena keadaan dan kurangnya support yang mendukung santri-santri belajar.
DAFTAR PUSTAKA
Atsani, K.L.G.M. (2020) Transformasi Media Pembelajaran pada Masa Pandemi COVID-19, Al-Hikmah: Jurnal Studi Islam 1(1) 82-93
Herliandry, L.D., Nurhasanah N., Subri, M.E, & Kuswanto H. (2020) Pembelajaran pada Masa Pandemi COVID-19, JTP-Jurnal Teknologi Pendidikan 22(1) 65-70
Hanafi Saputra, Yeni(2020) Analisis Ruang Percepatan: Dinamika Pendidikan di Era Pandemi COVID-19, Jurnal RESIPROKAL 2(2) 160-174
Mukhlison, Ahmad (2019) Blended Learning dari Perspektif Guru Sekolah di Pondok Pesantren, Jurnal SISFO 08(02) 109-116
Sastramayani, (2020) Pesantren Salaf dan Respon Perubahan Selama Pandemi, Jurnal Shautut tarbiyah (02) 25-34

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cinta dalam Diam adalah Caraku Menunjukkan Cinta yang Paling Dalam (Menelisik Cinta dalam persepsi Nabi Yusuf-Zulaikha)

Menjadi Santri Sportif